BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem saat Musim Pancaroba

    BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem saat Musim Pancaroba

    LUWU UTARA - - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan dampak cuaca ekstrem saat musim pancaroba alias peralihan musim, dari panas ke hujan, pun sebaliknya.

    Hal ini diungkap Humas BMKG belum lama ini di akun Instagram. “Cuaca ekstrem berpotensi besar terjadi selama periode peralihan musim alias pancaroba, ” tulis Humas BMKG.
     
    Menurutnya, arah angin yang bertiup sangat bervariasi, sehingga mengakibatkan kondisi cuaca bisa berubah secara tiba-tiba dari panas ke hujan atau sebaliknya.

    Berikut potensi cuaca ekstrem seperti yang ditulis Humas BMKG, yaitu: hujan lebat durasi singkat dan sporadis, hujan lebat disertai petir dan angin kencang, serta puting beliung dan hujan es.

    Adapun dampak dari periode peralihan musim (pancaroba) ini adalah dapat menimbulkan cuaca ekstrem seperti puting beliung, hujan es, dan kilat petir. Selain itu, cuaca ekstrem juga berdampak pada rusaknya di area sekitarnya. 

    Dampak lain yang mesti jadi perhatian masyarakat adalah cuaca ekstrem dapat menyebabkan kebakaran akibat sambaran petir, menyebabkan bangunan rusak, pohon tumbang, tanah longsor, gagal panen, sampai terjadinya bencana banjir.

    Humas BMKG juga menerangkan bahwa periode pancaroba adalah periode peralihan dari periode musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya. 

    “Hujan pada periode pancaroba biasanya terjadi pada siang atau sore hari. Bahkan sesekali dapat terjadi hingga malam hari, ” tulis Humas BMKG lagi.

    Tak kalah pentingnya, masyarakat juga wajib mengetahui ciri-ciri terjadinya periode peralihan musim (pancaroba), seperti ditandai oleh pertumbuhan awan comulonimbus (CB).

    Adapun ciri-ciri awan comulonimbus adalah sebagai berikut: muncul di saat pagi menjelang siang, bentuknya seperti bunga kol, warnanya keabu-abuan dengan tepian yang jelas, serta menjelang sore, awan CB menjadi gelap dan menyebabkan hujan, petir dan angin.

    Nah, bagaimana sebaiknya masyarakat mengantisipasi dampak cuaca ekstrem akibat peralihan musim alias pancaroba? “Masyarakat harus mampu melakukan kegiatan mitigasi pancaroba sejak dini, seperti melakukan pengecekan dan pembersihan drainase antisipasi banjir, serta waspada longsor bagi yang tinggal di perbukitan, lereng dan pegunungan, ” tulisnya lagi.

    Masyarakat juga harus waspada jalan licin dan pandangan terbatas saat berkendara, berlindung di tempat yang aman jika terjadi hujan disertai petir, melakukan pemangkasan pohon-pohon besar, penguatan bagian atap rumah, serta mengakses informasi prakiraan cuaca dan peringatan dini yang dikeluarkan BMKG. 

    Sementara kegiatan mitigasi bagi stakeholder adalah merancang mitigasi terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologis selama musim hujan, otimalisasi edukasi masyarakat tentang cara menghadapi risiko bencana saat musim hujan.

    “Selain itu, lakukan edukasi terhadap masyarakat tentang pentingnya memperhatikan peringatan dini, menjadikan informasi prakiraan musim hujan 2023/2024 BMKG sebagai acuan untuk menyusun rencana aksi dini atau early action, ” tutupnya. (*/LHr)

    luwu utara
    Editor Jus

    Editor Jus

    Artikel Sebelumnya

    PNS Ini Paling Rajin di Lingkup Pemda Kabupaten...

    Artikel Berikutnya

    Terpilih sebagai Ketua Umum Forum Pemuda...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Sidang MK, KPU-Bawaslu Tak Kuasa Bantah Dalil Jutaan Tanda Tangan Palsu di Pilgub Sulsel
    INIMI: Kuasa Hukum MULIA Keliru, Bukan Hanya 39 TPS, Tapi Data Gugatan Kami Lengkap di 308 TPS
    Hendri Kampai: Di Indonesia, Rakyat Lebih Percaya Cuwitan Netizen daripada Omongan Pejabat?
    Hasbi Syamsu Ali Apresiasi Musda KKLR Kota Palopo, Beri Selamat untuk Jamaluddin Nawir yang Terpilih Ketua
    Ikuti Lomba Cipta Puisi Wija To Luwu 2025 dalam Rangka HPRL ke-79 dan HUT KKLR ke-69

    Ikuti Kami